SEJARAH SELAI BUAH

  Selai buah merupakan suatu produk yang di mana cara pembuatannya yaitu dari buah buahan yang diawetkan kemudian dipanaskan dan dicampur gula hingga padat atau mengental, ternyata orang zaman dahulu pun sudah lebih dahulu mengenal cara mengawetkan sebuah makanan untuk disimpan. Selai buah pertama kali ditemukan pada abad ke 1 dalam sebuah buku resep mengawetkan makanan yang berjudul "De Re Coquinaria" yang memiliki arti "Seni Memasak". Pada zaman tersebut Selai buah dikenal sebagai buah-buahan yang diawetkan kemudian dipanaskan hingga lunak, lalu dicampur oleh madu dan gula sebelum didinginkan serta disimpan.

    Pada saat terjadi peristiwa Perang Salib, para prajurit perang atau tentara menjadikan selai buah sebagai bekal mereka untuk persiapan bertempur. Mereka menganggap bahwa setelah memakan selai buah dapat meningkatkan keberanian yang lebih. Sebagai contoh, Seorang pejuang dari Prancis, Joan of Arc, merupakan prajurit yang selalu memakan selai buah quince sebelum terjun ke medan perang. Seiring dengan berjalannya waktu, Selai buah mulai terkenal di negara Eropa atau bangsa barat.

    Sekitar abad ke 16, Louis XIV begitu mengistimewakan selai sebagai makanan mewah yang harus dihidangkan di dalam istana. Selai yang awalnya hanya dihidangkan di istana akhirnya diproduksi dalam skala besar setelah ditemukannya teknik Pasteurisasi (proses mengolah makanan untuk membunuh bakteri dengan cara dipanaskan) oleh Appert yang kemudian untuk diperdagangkan mengingat selai memiliki kaya akan kandungan vitamin C serta dipercaya dapat menyembuhkan penyakit kudis. Perlahan-lahan selai menjadi produk impor bagi negara barat, mereka mengirim produk selai melalui jalur laut ke berbagai negara.

    Ketika perang dunia II terjadi, Selai buah diproduksi secara massal karena mengingat untuk kebutuhan para tentara ketika berperang, Selai buah dikonsumsi karena praktis dan dijadikan bekal selama berperang untuk menghindari kecemasan tentang kekurangan makanan. Ketika tahun 1940 ada sebuah institusi yang bernama The Women's Institute dimana mereka bergerak untuk mengatasi kecemasan kekurangan makanan dengan membuat selai sampai sekitar 5.300 ton. Yang nantinya digunakan untuk keperluan warga sipil dan para tentara. Dari proses produksi massal tersebut berkembang sampai sekarang dan bahkan masuk ke dalam komoditi ekspor dan impor. Tidak hanya dari negara Eropa saja yang melakukan komoditi tersebut. Melainkan dari berbagai benua, Contohnya seperti Indonesia, dan Amerika serikat. KLIK DISINI